Siapa yang senang kalau dapat banyak libur kerja??
Eits, tapi tidak dengan pegawai di Jepang. Alih-alih senang, negara yang terkenal gila kerja ini justru malah bingung, “mau ngapain ya pas liburan nanti?“.
Saking hobinya kerja, survei yang dilakukan Expedia Japan menemukan kalau para pekerja di sana hanya menggunakan setengah dari jatah cutinya setiap tahun. Padahal, hampir seperempat pegawai di perusahaan Jepang kerja lembur sampai lebih dari 80 jam per bulan. Tidak heran kalau budaya kerja berlebihannya itu justru membuat kasus karoshi atau meninggal karena terlalu banyak kerja semakin meningkat di sana. Tidak heran juga kalau karir masih menjadi prioritas warga Jepang dibanding buru-buru menikah.
Karoshi adalah sebuah fenomena dimana seseorang meninggal dunia dikarenakan bekerja terlalu keras. Di Jepang, kasus karoshi terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, Pemerintah Jepang sampai khawatir kalau fenomena ini tidak bisa dihentikan. Setidaknya ribuan orang meninggal dunia akibat kerja yang berlebihan selama bertahun-tahun tanpa henti.
Fenomena karoshi di Jepang menjadi isu yang sangat hangat. Ada sebagian orang yang berusaha menjaga kesehatannya dan tidak melakukan pekerjaan terlalu berat. Ada juga sebagian orang lainnya yang tampak cuek dan tidak peduli. Yang mereka inginkan hanyalah bekerja, dapat penghasilan, dan juga naik jabatan. Para pekerja di Jepang biasanya takut dipecat kalau bekerja dengan tidak maksimal. Akhirnya mereka bekerja dengan lebih agar terlihat produktif di depan atasannya. Dengan lebih produktif mereka bisa naik gaji atau naik jabatannya. Mereka tidak peduli lagi dengan kesehatan yang mereka miliki.
Kasus karoshi akhirnya membuat pemerintah Jepang mengambil keputusan untuk menambah jumlah libur nasional menjadi 10 hari. Hari libur itu mulai diberlakukan pada bulan April-Mei kemarin. Tambahan libur nasional dadakan itu diberikan dalam rangka “Golden Week” atau Minggu Emas (serangkaian hari libur resmi yang biasa dimulai pada bulan Mei). Dikutip dari laman The Guardian, periode liburan panjang tahun ini dimulai sejak 27 April-6 Mei sekaligus menjadi liburan terpanjang di Jepang.
Tapi, bukannya senang dapat tambahan waktu libur, pegawai Jepang malah kebingungan. Hasil survei dari surat kabar Asahi yang dikutip oleh NDTV bahkan melaporkan bahwa 45 persen orang Jepang tidak suka dapat libur panjang. Orang yang senang dapat libur panjang hanya 35 persen saja, sementara sisanya tidak peduli.
Mengapa banyak orang di sana yang tidak suka dapat liburan panjang?
Jawabannya bermacam-macam. Ada yang takut tidak dapat penghasilan selama liburan, ada yang merasa tidak enak karena libur terus, ada juga yang justru kebingungan harus melakukan apa untuk mengisi waktu luang. Ketidaksukaan mereka sebenarnya beralasan. Mereka yang takut tidak dapat penghasilan itu sebenarnya adalah pekerja kontrak, mereka khawatir tidak dapat penghasilan saat liburan panjang.
Keizo Ishii, kepala Expedia Japan, menyampaikan bahwa libur panjang nasional kemarin sangat berpengaruh bagi orang yang tidak enak ambil cuti. Dengan undang-undang yang direvisi, para pekerja sebenarnya bisa ambil cuti lebih banyak. Tapi, banyak dari mereka yang justru merasa bersalah saat ambil jatah cuti karena liburan panjang Golden Week ini.
Alasan lainnya yang membuat orang Jepang kebingungan harus melakukan apa saat liburan panjang adalah karena tempat wisata yang penuh dan juga ongkos liburan yang pasti melonjak naik. Meski banyak yang tidak suka akan keputusan pemerintah ini, nyatanya liburan panjang nasional itu akan tetap dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang.
Bagaimana pendapat mina-san tentang budaya workaholic di Jepang?
sumber : businesstimes (gambar), kumparan, boombastis (info)