Musim semi adalah waktu tahun ajaran baru dimulai, dan kalian akan melihat banyak anak-anak kecil berjalan atau berlari sambil membawa sebuah ransel yang tebal dan berat, yang biasanya digunakan oleh siswa SD di Jepang. Tradisi memakai tas ransel ini sudah mengakar di Jepang sejak 150 tahun yang lalu. Jadi bisa dibilang, tas ini merupakan bagian tersendiri dari kultur unik Jepang yang tidak dapat ditemui di tempat lain.
Ransel siswa SD Jepang pertama kali lahir di jaman Edo, di mana Jepang masih dipengaruhi oleh budaya Barat, dan tentara Jepang menggunakan ransel ala Belanda. Ransel anak SD Jepang adalah variasi lain dari ransel ala Belanda yang digunakan oleh para tentara Jepang. Ransel dalam bahasa Belanda di tulis sebagai “ransel”, dan di Jepang ransel disebut sebagai “randoseru”.
Di Jepang, secara tradisional anak-anak SD menggunakan randoseru dengan dua varian warna : hitam untuk anak laki-laki dan merah untuk anak perempuan. Tapi belakangan hal ini tidak lagi jadi patokan, randoseru muncul dengan warna-warna lain seperti biru ataupun pink juga.
Ransel siswa SD di Jepang adalah produk buatan tangan, dan tergantung dari desain dan merek ransel tersebut, setiap orang tua di Jepang rata-rata membayar 30,000 Yen – 100,000 Yen (kurang lebih 3.6 juta – 12 juta rupiah) untuk mendapatkan ransel ini. Ransel ini biasanya dipakai oleh anak-anak Jepang sampai mereka lulus SD. Sebuah randoseru dirancang agar bertahan selama itu, sehingga benda tersebut harus dibuat dengan bahan dan teknik berkualitas tinggi.
Sebagian besar Randoseru merupakan produk dalam negeri Jepang sendiri (dan kita tahu bagaimana orang Jepang sangat menghargai produk dalam negeri mereka) dan menjadi komoditi penting setiap tahun. Randoseru dirancang dengan pemikiran bahwa benda itu akan digunakan oleh anak sekolah sepanjang musim selama enam tahun. Jadi bisa dibayangkan betapa kuatnya ‘build quality’ sebuah Randoseru.
Berat ransel Jepang berkisar dari 1.2 kg sampai dengan 1.5 kg, yang mana jauh lebih berat daripada tas punggung reguler lainnya yang beratnya hanya sekitar 0.7 kg saja. Berat ransel siswa SD Jepang akan menjadi lebih berat apabila ransel tersebut diisi dengan buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran.
Buku tulis dan buku pelajaran beratnya berkisar dari 1 kg – 2 kg, kotak bekal dan payung biasanya tidak dimasukkan ke dalam tas. Ransel siswa SD Jepang dirancang untuk tetap seimbang walaupun diisi dengan banyak barang. Ransel siswa SD Jepang juga terbuat dari bahan yang cukup keras dan kuat, dan tutup ransel tersebut pun cukup besar, sehingga buku tulis dan buku pelajaran tidak akan lecek atau tertekuk.
Dibandingkan tas punggung reguler lainnya, ransel siswa SD tidak memberikan beban ke bagian bawah tubuh, karena beban ransel siswa SD ini berpusat ditengah-tengah. dan panjang tali ransel yang bisa dirubah sesuai tinggi dan ukuran tubuh anak.
Berbeda dengan negara lainnya, di mana orang tua mengantar anak-anak mereka ke sekolah dengan mobil pribadi, atau di mana anak-anak naik bis sekolah, anak-anak di Jepang jalan kaki atau naik kereta tanpa diantar oleh orang tua mereka. Memiliki tas yang kuat dan tidak memberikan pengaruh buruk ke postur tubuh mereka sangatlah penting.
Selain itu, kalian bisa menggantung gantungan kunci, telepon genggam, dan menghias ransel kalian dengan karakter favorit anak kalian! Kalian juga bisa menyarungi ransel dengan sarung plastik transparan untuk melindungi ransel dari air hujan dan baretan.
Randoseru juga memiliki banyak manfaat lho. Ketika anak kecil tenggelam, tas ini bisa berfungsi sebagai pelampung. Randoseru juga bisa melindungi kepala anak ketika terjatuh ke belakang akibat kecelakaan atau terpeleset di jalan.
Randoseru adalah simbol kehidupan baru bagi setiap anak di Jepang. Kalau sudah lulus SD dan akan masuk ke SMP, tas randoseru ini sudah terlalu kecil. Biasanya, mereka akan menggunakan tas jenis lain. Ada SMP yang mengatur dan menyeragamkan tas sekolahnya, tapi ada juga yang membebaskan pilihan tas sekolah.
sumber : japanese-online (gambar), press.ikidane-nippon, blog.ciayo, hipwee (info)