Rahasia Dibalik Jam Makan Siang di Sekolah Jepang

ikuzoLifestyleLeave a Comment

Jam istirahat pasti jadi saat-saat yang paling dinantikan para siswa saat bersekolah. Di waktu itulah para siswa berhenti sejenak dari tugas belajarnya. Selain untuk bermain, waktu ini juga penting dimanfaatkan untuk mengisi perut agar bisa berkonsentrasi lagi menghadapi pelajaran selanjutnya.

Jepang memiliki prestasi mengatasi masalah gizi, baik obesitas maupun kekurangan gizi yang dialami banyak negara di dunia. Ternyata, solusinya adalah jam makan siang di sekolah.

Ternyata jam makan siang yang diterapkan sekolah-sekolah di Jepang bukan sekadar soal makan sampai kenyang, karena ada juga yang tak kalah penting yang terselip disana, yaitu pembelajarannya yang bahkan dianggap sama dengan matematika dan membaca.

Rasanya tidak terlalu berlebihan dikatakan demikian. Pasalnya, sejak di sekolah dasar, anak-anak di Jepang memang dilatih untuk mempraktikan matematika secara langsung saat jam makan siang. Misalnya dengan bagaimana membagi makanan sama rata atau memberitahukan apa saja makanan sisa yang menjadi lebih. “Berapa banyak ikan yang tersisa, berapa kotak susu yang masih ada?”, bukankah itu soal matematika?

Saat jam makan siang, anak-anak di Jepang juga secara tidak langsung dibentuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Dari persiapan makan hingga selesai, bahkan sampai membersihkan ruang kelas pun semua mereka lakukan sendiri. Saat persiapan misalnya, beberapa anak akan ada yang ditugaskan untuk membagikan makanan kepada teman-temannya. Bahkan sebelum mereka ‘bersentuhan’ dengan makanan-makanan itu, mereka harus mengecek kondisi mereka, memastikan benar-benar higienis dengan menggunakan masker dan juga penutup kepala.

(sumber gambar : sites.miis)

Makan siang ini bersifat wajib, dimana tidak ada makan siang kemasan yang diperbolehkan. Mereka juga tidak dapat memilih menu makanan yang diinginkan. Program ini mendapat subsidi besar dari pemerintah. Oleh karena itu, tarif makan siang yang ditawarkan di sekolah-sekolah di Jepang umumnya terjangkau. Isinya makanan segar dan dibuat oleh para siswa sendiri. Mereka tidak hanya makan makanan yang mereka siapkan, tapi mereka juga belajar tentang unsur gizi dan budaya makanan mereka. Siswa Jepang juga belajar keterampilan kooperatif dan etiket karena mereka saling melayani dan saling membersihkan.

Mitsuhiko Hara, seorang dokter anak dan profesor di Tokyo Kasei Gakuin University, mengatakan bahwa makan siang di sekolah adalah menu yang dibuat oleh ahli gizi yang disediakan untuk semua sekolah dasar dan sebagian besar sekolah menengah pertama di seluruh Jepang. Setiap menu makanan dirancang untuk memiliki sekitar 600-700 kalori seimbang antara karbohidrat, daging atau ikan dan sayuran.

Jepang juga punya cara tersendiri untuk mengajarkan soal makanan pada anak-anaknya, yaitu dengan pengelompokkan menurut warna merah, kuning dan hijau. Merah untuk kategori daging dan protein, kuning untuk karbohidrat dan lemak, lalu hijau untuk sayur dan buah. Tak lupa, ketiga-tiganya selalu masuk dalam menu makan siang mereka, lho! Makan siang di sekolah dirancang untuk memberikan nutrisi yang cenderung tidak didapatkan ketika makan di rumah. Contohnya, makanan yang disajikan untuk anak-anak di Gunma, Jepang adalah nasi dengan ikan bakar, bayam dan hidangan tauge, disajikan dengan sup miso dan daging, serta susu dan plum kering.

Pemerintah Jepang mempelajari nutrisi dan kebiasaan makan di Jepang setiap tahun, dan menggunakan hasilnya untuk membentuk apa yang harus dimasukkan ke menu makan siang di sekolah. Program makan siang di sekolah Jepang dimulai pada tahun 1889, ketika onigiri dan ikan bakar disediakan untuk anak-anak yang hidup dalam kemiskinan di prefektur Yamagata utara. Setelah itu, program ini diperluas secara nasional setelah Perang Dunia II berakhir untuk mengatasi kelaparan di tengah masalah gizi yang serius.

Upaya yang dilakukan jepang tentang jam makan siang ini memang benar-benar patut diapresiasi, karena apa yang mereka lakukan merupakan salah satu langkah promosi kesehatan yang banyak berdampak positif tak hanya untuk penduduknya semata, tapi juga menjadi tanggung jawab negara. Saat ini, Jepang masih menduduki salah satu negara dengan angka harapan hidup terpanjang dan angka obesitas yang rendah dibandingkan angka global.

Tidak heran, dengan bukti-bukti tersebut kemudian membuat Jepang menjadi “The World’s Best National School Lunch Program“, ya mina-san!

sumber : globalcitizen (gambar), liputan6, republika, kompasiana (info)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *