Bercermin dari Budaya Jujur Orang Jepang

ikuzoLifestyleLeave a Comment

Kejujuran memang menjadi pelajaran yang sangat mahal dan berharga. Maka dari itu, banyak negara berusaha keras menanamkan kejujuran sejak usia dini, agar kejujuran menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan budaya di negara tersebut. Jepang adalah salah satu negara yang dipuji memiliki budaya kejujuran yang tinggi. Budaya jujur sudah tertanam di benak orang Jepang kebanyakan. Barang-barang yang hilang atau tertinggal di tempat umum akan dikembalikan kepada pemiliknya. Semua itu sudah diajarkan sejak dini di sekolah-sekolah Jepang.

Sebagai contoh nyata, di Jakarta saja, mesin untuk men-tap kartu dijaga petugas, kemudian besi tidak akan berputar bila kartu tidak terekam. Jadi kalau kalian tidak punya kartu, tidak akan bisa masuk ke dalam. Di Jepang, mesin-mesin tersebut tidak dijaga petugas. Kalau kita men-tap kartu dan ternyata tidak ada isi saldo di kartu, biasanya akan ada penghalang dari bantalan empuk yang menghalangi masuk, tetapi bisa saja itu diterobos. Tak ada yang tahu. Penumpang bisa saja keluar-masuk tidak men-tap kartu ke mesin, tidak ada penghalang. Tapi sudah tertanam sejak dini di pikiran orang Jepang tentang kejujuran, akan malu kalau tidak bayar.

Untuk kenyamanan penduduknya, Jepang juga membentuk Lost and Found Centre yang menjadi pusat barang-barang hilang. Tak hanya uang atau dompet, polisi juga akan menindak kehilangan payung, syal atau sarung tangan, termasuk penemuan uang 1 atau 5 yen. Ketika seseorang kehilangan barang di Jepang, biasanya mereka langsung datang ke Lost and Found Center. Barang-barang yang hilang akan disimpan selama 3 hingga 4 hari lalu setelah itu akan diserahkan ke Metropolitan Police Lost & Found Center pusat.

Sarung tangan, payung hingga syal yang tertinggal di tempat-tempat umum dapat ditemukan di Lost and Found Centre asalkan harus melaporkan terlebih dahulu dan menunjukkan bukti kepemilikan barang serta identitas diri. Jika ingin meminta orang lain yang untuk mengambil barang yang hilang di Lost and Found Center, maka mereka harus membuat surat kuasa untuk dibawa oleh orang yang diminta untuk mengambil barang tersebut.

Pada 2016, Tokyo Metropolitan Police Department’s Lost and Found Center menangani sejumlah uang yakni sekitar 3,67 miliar yen atau setara 471 miliar rupiah yang hilang. Dalam prosesnya, menurut pihak kepolisian Tokyo, sekitar tiga perempat dari total uang yang hilang itu berhasil dikembalikan kepada pemiliknya. Di tahun yang sama, pihak Lost and Found Center juga menangani 381.135 payung yang hilang.

Kebiasaan jujur ini tidak terjadi secara tiba-tiba namun melalui pendidikan sejak dini. Sekolah di Jepang memberi kelas terkait etika dan moralitas bahkan sebelum mereka belajar teori pendidikan, dan siswa belajar membayangkan perasaan orang-orang yang kehilangan barang atau uang mereka sendiri. Jadi tak jarang melihat anak-anak membawa koin 10 yen yang mereka temukan ke kantor polisi.

Laporan lain dari United Stated Department of State Bureau of Diplomatic Security juga memberi status tingkat kriminalitas di Jepang berada pada level rendah atau low. Status itu berlaku untuk semua jenis tindak kriminal, termasuk kondisi dan keamanan transportasi yang baik.

Kesimpulannya?

Seakan orang-orang di Jepang sudah sangat sadar akan “makna” kepemilikan. Orang-orang tidak berlomba-lomba dan serakah untuk “aji mumpung” dan mengambil hak orang lain, meski di Jepang sendiri kriminalitas juga tidak menutup kemungkinan untuk terjadi, lho ya mina-san. Meskipun memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, kita harus tetap waspada dan tidak ceroboh dimanapun kita berada untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

sumber : rocketnews24 (gambar), tirto, news.detik, kompasiana (info)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *