Seribu Gerbang Fushimi Inari

ikuzoLifestyleLeave a Comment

Kalau mina-san berkunjung ke Jepang, salah satu destinasi wisata yang harus mina-san kunjungi adalah kuil Fushimi Inari. Kuil Shinto yang berada di Fushimi-ku, Kyoto, Jepang ini adalah kuil yang paling penting dan paling mengesankan di Kyoto. Fushimi Inari Taisha yang dikenal dengan sebutan O-Inari-san ini, adalah kuil pusat bagi sekitar 40.000 kuil yang memuliakan inari (dewa padi) yang tersebar di seluruh Jepang. Kuil utamanya terletak di kaki gunung inari dan tanah milik kuil mencakup gunung yang tingginya 233 meter.

Inari dipercaya sebagai dewa pertanian sehingga kuil ini dipercaya membawa berkah bagi panen, terutama tumbuhan palawija, kesuksesan dalam perdagangan bisnis, dan keselamatan di bidang transportasi. Bagi orang Jepang, Oinarisan adalah tempat untuk berdoa dan memohon bantuan untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keberadaan “oinarisan” sangat erat dengan masyarakat Jepang.

Aula utama kuil ditetapkan pemerintah Jepang sebagai warisan budaya yang penting, lho mina-san. Kalau kalian mengunjungi kuil ini pastinya jangan ketinggalan juga untuk melewati sekitar 1000 torii (gerbang) yang merupakan icon dari Kuil Fushimi Inari tersebut, sehingga kuil ini terkenal dengan lorong yang disebut senbantorii atau ribuan gerbang.

Sejak abad ke-17, penganut kuil Fushimi Inari memiliki tradisi membangun gerbang-gerbang ini. Gerbang tersebut konon merupakan gerbang yang disumbangkan oleh para pengikutnya di jaman dulu sebagai persembahan kepada para Dewa. Kalau kalian menyusuri senbantorii, kalian akan sampai ke bagian belakang kuil, yang sering disebut oku-no-in. Di sini, kalian akan melihat sepasang lentera batu yang mendampingi sebuah batu bernama omokaru-ishi. Menurut kisah, jika kalian bisa dengan mudah mengangkat batu ini, maka permintaan kalian akan terkabul.

Kalau melihat senbantorii ini, kalian pasti langsung teringat beberapa adegan di serial anime, ya kan? Khususnya Rurouni Kenshin atau lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan Samurai X. Kalian akan diliputi oleh suasana misterius ketika memasuki senbantorii yang dicat warna vermillion dengan tulisan-tulisan bercat hitam yang berisi sutera Buddha. Warna vermillion (merah delima, atau warna campuran antara merah dan jingga) yang meliputi keseluruhan bangunan kuil dan gerbangnya dipercaya sebagai warna untuk mengusir berbagai kejahatan dan penyakit. Warna tersebut juga hadir di berbagai bangunan dan menjadi pemandangan yang khas di Jepang. Dapat dikatakan bahwa ini adalah warna yang mendefinisikan Jepang.

Berbeda dengan banyak kuil lainnya, Dewa penjaga yang ada di kuil ini bukanlah singa, melainkan rubah. Ada banyak sekali kisah di balik pembangunan kuil ini. Ada yang berpendapat bahwa kuil ini dibangun sebagai wujud syukur seorang anak atas balas budi seekor rubah, dan diyakini oleh penduduk dan para pengikut kuil bahwa rubah merupakan hewan penjaga sekaligus tunggangan dari Dewa Dakini (Buddha Wanita).

(sumber gambar : nippon)

Sementara kisah lain mengatakan bahwa pembangunan kuil ini dilatar belakangi oleh rasa syukur dari sebuah klan di Jepang bernama Klan Hata, atas suburnya tanah dan berkah dari Dewa padi (inari). Namun, versi yang lebih formal dan dipercaya merupakan versi asli dari pembangunan kuil ini adalah pembangunan atas perintah dari kaisar kepada seseorang bernama Hata no Iroku pada tahun 711. Kuil ini kelak diharapkan dapat membantu kaisar untuk bisa menjadi penguasa Jepang yang handal. Bangunan kuil yang asli hancur ketika terjadi pemberontakan onin (perang besar antara 2 keluarga samurai tahun 1467 hingga 1477 di Kyoto), sedangkan bangunan yang berdiri hingga sekarang adalah hasil rekontruksi dari bangunan lama pada tahun 1499.

Jika mina-san berkunjung ke kuil ini, jangan lupa juga untuk menulis “ema“, ya. Ema adalah semacam papan kayu kecil yang dibuat khusus untuk menuliskan permohonan dan dipercaya oleh penganut Shinto sebagai salah satu cara supaya permohonan mereka tersampaikan ke para Dewa. Biasanya setelah ditulis, ema ini akan digantung di tempat khusus di kuil tersebut.

(sumber gambar : misstravelosoother)

Fushimi Inari memiliki ema yang berbentuk unik, diantaranya ada yang berbentuk wajah rubah dan gerbang kuil.

(sumber gambar : pinterest)

Di kuil ini juga selalu diadakan Festival Hatsu Uma no Hi atau Festival Hari Kuda Pertama, dilaksanakan setiap bulan Februari setiap tahunnya. Pengunjung yang datang akan diberi ranting cemara yang selain sebagai bukti kedatangan, dipercaya juga sebagai jimat yang akan memberi keselamatan dan kemakmuran dalam usaha.

Selain itu, ada Festival Kanko-sai dan Festival Inari yang diadakan berurutan pada hari Minggu yang terdekat dengan tanggal 20 April hingga tanggal 3 Mei setiap tahunnya. Di tradisi yang sudah dilakukan sejak jaman Heian (794–1185) ini, para jemaat akan membawa lima buah kuil kecil dari lokasi kuil hingga ke distrik di mana mereka tinggal.

Cara untuk menuju ke Fushimi Inari cukup mudah, kok mina-san. Dari Stasiun JR Kyoto, kalian tinggal naik kereta JR jurusan Nara dan turun di Stasiun Inari. Setelah keluar kalian hanya perlu berjalan kaki sekitar satu menit dari pintu timur Stasiun Inari. Kalau kalian berangkat dari kawasan Kawaramachi, kalian bisa menaiki kereta Keihan Main Line dari Stasiun Gion Shijio. Hal yang menarik lainnya, kalian tidak perlu merogoh kocek untuk masuk ke kuil ini, alias gratis!

Mina-san dapat berkunjung ke kuil ini siang ataupun malam, namun, jadwal untuk pembagian jimat hanya pukul 07:00 – 18:00 dan untuk berdoa mulai pukul 08:00 – 16:30. Kuil-kuil Inari Taisha tersebar di seluruh Inari-yama dan jika kalian berkunjung setelah senja, harap berhati-hati karena keadaan di sini akan sangat gelap.

sumber : japantrips (gambar), his-travel, japanhoppers (info)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *