Satu hal sederhana yang kerap terlihat sebagai kebiasaan orang Jepang adalah memakai masker. Jika menyaksikan tayangan berbau Jepang, mina-san pasti pernah melihat jika beberapa warganya kerap menggunakan masker. Mereka memakai masker saat berada di dalam kereta, berjalanan kaki di trotoar, menyeberang jalan di zebra cross, atau bahkan saat masuk ke dalam mall. Bukan hal asing, justru pemandangan ini lumrah terjadi di Negeri Sakura.
Di Jepang, orang-orang yang memakai masker biasanya menggunakannya untuk alasan medis, seperti menghindari alergi serbuk bunga saat musim semi atau sedang sakit dan harus pergi ke sekolah/ ke tempat kerja agar flunya tidak menular ke orang lain. Memakai masker dianggap sebagai salah satu pilihan tepat dan menunjukkan kesopanan.
Lalu mengapa warga Jepang suka memakai masker ke mana pun mereka pergi?
Menurut berbagai sumber, ada beragam alasan dibalik pengunaan masker. Namun, yang utama adalah untuk menghindari penyebaran kuman.
Hal ini bermula pada tahun 2003, saat salah satu pembuat masker di jepang meluncurkan masker tipe baru untuk orang-orang yang alergi serbuk bunga. Terbuat dari bahan non woven yang lebih efektif menghalangi serbuk sari saat musim semi, masker ini sering dibeli dalam jumlah besar karena hanya sekali pakai dan harganya yang murah.
Berangkat dari kejadian ini, beberapa perusahaan pembuat masker mengklaim bahwa masker buatannya mampu menghalau virus alergi lainnya, demam, bahkan menurunkan berat badan. Beberapa dekade terakhir penjualan masker di Jepang juga meningkat hingga tiga kali lipat.
Polusi udara juga menjadi salah satu alasan penggunaan masker. Apalagi, menurut WHO, setiap tahun 4,2 juta orang meninggal karena polusi. Jadi, banyak warga Jepang memakai masker agar tidak menghirup gas kotor dari kendaraan.
Mengenakan masker sekali pakai juga memiliki kegunaan praktis menjaga wajah tetap hangat di musim dingin. Namun, tidak peduli apa pun musimnya, orang Jepang juga menggunakan masker karena tidak mau menunjukkan wajahnya ke muka umum.
Bagi orang Jepang, masker juga bisa merangkap sebagai senjata untuk menghindari interaksi. Seorang psikolog remaja, Jun Fujikake mengungkapkan bahwa tren mengenakan masker untuk mencegah kontak langsung dengan orang lain mungkin berakar pada budaya anak muda saat ini yang lebih terbiasa berkomunikasi secara tidak langsung, seperti melalui email dan media sosial lainnya. Bagi beberapa pihak lain, masker memberikan kesan anonimitas dan jeda dari interaksi sosial. Dengan mengenakan masker, membuat seseorang terkesan tidak mudah didekati. Selain itu, seseorang yang sedang mengenakan masker juga dirasa tidak perlu repot-repot memberikan reaksi yang tepat saat berinteraksi dengan orang lain seperti senyum, cemberut atau tertawa. Sebab, dengan masker yang menutupi separuh wajah, hampir tidak ada orang yang bisa melihat reaksi tersebut.
Masker juga menjadi jawaban saat para wanita belum menggunakan make up. Masker bak penyelamat untuk menutupi kekurangan pada wajah. Selain alasan tanpa make up, ada juga yang merasa saat memakai masker, wajah mereka terlihat lebih kecil. Hal ini juga membuatnya merasa lebih percaya diri.
Terakhir, masker juga kini dimasukkan ke dalam item fashion masyarakat Jepang. Akibatnya, saat ini banyak perusahaan yang mengeluarkan masker dengan aneka warna menarik, seperti hijau, putih, hitam, hingga pink. Tak lupa mereka juga merilis aneka motif, mulai dari bunga, polkadot, hingga houndstooth. Jadi, jangan heran jika melihat masyarakat Jepang banyak memakai masker, ya!
sumber : indozone (gambar), kumparan, medan.tribunnews, palembang.tribunnews (info)