Jepang adalah salah satu negara dengan teknologi yang maju. Sumber daya manusia mereka yang disiplin dan cerdas membuat negara ini terus berkembang pesat dengan penemuan-penemuan mengagumkan. Mereka juga memberi dampak dan pengaruh yang cukup luas kepada dunia.
Salah satu kontribusi Jepang pada dunia adalah kendaraan-kendaraan yang mereka produksi. Beberapa merk besar seperti Honda dan Toyota lahir dari kegigihan orang Jepang. Namun siapa sangka, di negara matahari terbit tersebut, rakyatnya justru malas berkendara dengan mobil. Orang Jepang lebih banyak yang beraktivitas menggunakan transportasi massal. Jalanan Jepang jarang terjadi kemacetan, mungkin hanya beberapa kali saja jalanan di negara ini terlihat macet.
Ada alasan mengapa orang Jepang malas menggunakan mobil pribadi meski di rumahnya ada mobil yang diparkir, salah satunya, yaitu biaya penggunaan kendaraan pribadi di Jepang yang mahal. Terutama untuk bayar tol dan parkir. Tarif tol di Kota Tokyo maupun di kota-kota lain adalah sama yaitu sekitar 600 yen atau sekitar Rp. 72.000 untuk jarak dekat dan 3.000 yen atau Rp. 360.000 untuk jarak jauh. Dengan tarif tol semacam itu, orang Jepang biasanya akan memilih kendaraan umum dan hanya menggunakan kendaraan pribadi untuk hal-hal penting dan mendadak saja.
Tarif untuk parkir juga terbilang mahal. Terlebih, di perkantoran justru belum tentu tersedia tempat parkir. Tidak seperti di Jakarta, atau kota-kota besar di Indonesia, kantor-kantor di Jepang tidak memiliki lahan parkir yang luas. Di sana parkirnya harus pakai tempat parkir khusus yang pribadi. Tarif per jamnya kira-kira bisa sampai 600 yen, sekitar Rp 70 ribuan. Sedangkan jam kerja bisa 8-10 jam. Belum lagi ntuk menyewa garasi di dekat rumah harus bayar kira-kira 9.000 yen per bulan untuk daerah pinggiran, kalau di pusat kota seperti Ginza bisa sampai Rp 6-7 juta.
Rata-rata kantor pemerintah juga hanya menyediakan lahan parkir untuk 20-40 mobil saja. Sementara di mall-mall Jepang, kapasitas parkir hanyalah 50-100 kendaraan saja. Mereka mendesain lahan parkir sesempit mungkin agar orang-orang tidak termotivasi bekerja dengan mobil pribadi.
Beli mobil di Jepang juga tidak bisa asal beli saja. Sebelum membeli, kalian akan diminta untuk menunjukkan sertifikat kontrak dan denah lokasi garasi di mana nantinya mobil akan terparkir kepada dealer.
Bagi rakyat Jepang, ujian praktik untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi pun merupakan hal yang sangat menakutkan. Peraturan yang diberlakukan dalam ujian tersebut demikian sulitnya bagi warga Jepang, sehingga tidak heran jika rata-rata orang Jepang mengulang hingga lima kali untuk ujian praktik SIM. Bahkan, tak jarang orang Jepang mengulang sepuluh kali sebelum akhirnya lulus tes SIM.
Pemerintah Jepang memberlakukan sistem ujian yang cukup sulit dan banyak rambu-rambu yang harus diperhatikan. Tentu kita sudah tahu bahwa orang Jepang adalah orang yang sangat disiplin. Oleh sebab itu, dalam berkendara mereka pun menerapkan displin yang sama ketatnya. Mereka mengutamakan keamanan dan kedisplinan, sehingga angka kecelakaan bisa ditekan sekecil-kecilnya.
Tidak hanya tes SIM-nya saja yang sulit dan ketat, untuk mendapatkan SIM, kita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Tarif untuk mendapatkan SIM dimulai dari 200.000 yen atau sekitar Rp. 24.000.000.
Menurut orang Jepang, harga mobil di Jepang itu murah di depan tapi ke belakangnya mahal. Walaupun mempunyai mobil di rumah, tidak sedikit yang lebih memilih untuk bepergian menggunakan kereta atau sepeda saja.
Daripada memiliki mobil dengan sejuta kerumitannya, rakyat Jepang lebih memilih beraktivitas dengan kendaraan umum. Bus-bus di Jepang selalu datang tepat waktu, demikian pula dengan kereta. Meski harus berjejal-jejalan dengan penumpang lain, namun naik kendaraan umum efisiensi waktunya juga sangat baik. Selain itu, menggunakan kendaraan umum juga mengurangi polusi. Itu sebabnya keadaan lalu lintas di Jepang selalu rapi dan tidak semrawut, karena semuanya telah diatur dan rakyat-rakyatnya displin.
sumber : oto.detik, boombastis