Salah satu yang hal yang pertama kali disadari turis saat tiba di Jepang adalah betapa bersihnya lingkungan di negara itu. Namun, tong sampah dan penyapu jalanan jarang dijumpai.
Mengapa Jepang bisa begitu bersih? Apakah Jepang memberlakukan larangan membuang sampah sembarangan atau menerapkan denda yang besar bagi pelakunya?
Tentu saja bukan. Jawaban mudahnya adalah karena warga Jepang punya kesadaran untuk menjaga kebersihan.
Semua orang Jepang sadar untuk tidak mengotori tempat-tempat umum. Masyarakat di sana tidak segan memungut sampah yang mereka temukan di jalan atau bahkan rela meluangkan waktu untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka demi menjaga kebersihan. Ini membuktikan bahwa orang Jepang benar-benar mencintai dan memahami konsep kebersihan.
Selama 12 tahun bersekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, bersih-bersih adalah bagian dari jadwal rutin para pelajar. Begitu pula di rumah, orang tua mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk menjaga barang-barang dan kamarnya tetap bersih.
Elemen kesadaran sosial dalam kurikulum sekolah membantu para pelajar mengembangkan kesadaran pada lingkungan mereka. Tidak luput dari sifat manusiawi, terkadang seorang anak pun pasti timbul rasa malas untuk bersih-bersih, namun mereka tetap melakukannya karena itu bagian dari rutinitas mereka. Hingga terbentuk pola pikir bersih-bersih di sekolah adalah sikap yang baik karena mereka belajar untuk bertanggung jawab atas kebersihan benda-benda dan tempat yang mereka gunakan.
Setiap tiba di sekolah pagi hari, para pelajar wajib menaruh sepatu mereka di loker dan menggantinya dengan uwabaki atau sepatu dalam ruangan. Di rumah pun, ketika ingin masuk ruangan, harus meninggalkan sepatu di pintu masuk dan menggantinya dengan heyabaki atau sandal dalam ruangan.
Lantas, seiring dengan pertumbuhan para pelajar, pola pikir mereka tentang kebersihan ruang kelas juga bertambah luas hingga mencakup kebersihan lingkungan sekitar rumah, kota, hingga negara.
Contoh kebersihan Jepang yang sempat viral di portal-portal berita, yang mungkin saja sebagian dari kita sudah mengetahuinya adalah saat Piala Dunia digelar di Brazil (2014) dan Rusia (2018). Pendukung timnas Jepang memukau khalayak dunia dengan bertahan di dalam stadion setelah pertandingan berakhir untuk memungut sampah. Para pemain timnas Jepang pun meninggalkan ruang ganti dengan kondisi mengilap. Hal ini sangat membuat kita terpukul, bukan?
Orang Jepang sangat sensitif dengan reputasi negaranya di mata orang lain. Mereka tidak ingin orang lain berpikir mereka orang yang tidak terpelajar atau salah didik sehingga tidak bersih-bersih.
Kebersihan sama dengan kesehatan. Kotoran tak terlihat, seperti bakteri dan kuman pun sangat mereka hindari. Saat seseorang sakit flu, mereka memakai masker agar orang lain tidak tertular. Tindakan kepedulian terhadap sesama seperti ini mengurangi penyebaran virus, sehingga menurunkan beban ekonomi orang lain jika tertular flu untuk membeli obat-obatan.
Bagi orang Jepang, bersih-bersih tidak dipandang hanya sebagai pekerjaan fisik. Terdapat makna spiritual yang lebih dalam untuk membersihkan dan memperbaiki karakter seseorang.
Seperti yang kita ketahui, Jepang mempunyai aliran agama sendiri, yaitu Shinto yang berarti “Jalan para Dewa”. Agama tersebut diyakini sebagai perwujudan dari identitas masyarakat Jepang. Hal yang sangat ditekankan dalam ajaran Shinto adalah kegare yang berarti ketidaksucian atau kotoran, lawannya kesucian. Contoh kegare beragam, mulai dari kematian dan penyakit hingga apapun yang tidak menyenangkan. Ritual bersih-bersih yang sering dilakukan, penting untuk membuang semua kegare. Hal ini dianggap akan memurnikan seseorang dan membantu menolak bala ke masyarakat. Itulah mengapa Jepang adalah negara yang sangat bersih.
Tidak perlu harus tinggal di Jepang, mungkin kalian juga bisa mulai menerapkan gaya hidup bersih di tempat kalian tinggal saat ini sehingga terhindar dari berbagai penyakit, ya kan mina-san?
sumber : pixta, akibanation (gambar), bbc, panasonic (info)